1. Matsya Avatar
Matsya Awatara
|
Dalam ajaran agama Hindu, Matsya
adalahawataraWisnu yang berwujud ikan raksasa.Dalam bahasa Sanskerta,
kata matsya sendiri berarti ikan.Menurut mitologi Hindu,
Matsya muncul pada masa Satyayuga, pada masa pemerintahan RajaSatyabrata (lebih
dikenal sebagai Maharaja Waiwaswata Manu), putraWiwaswan, dewa matahari.
Matsya turun ke dunia untuk memberitahu Maharaja Manu mengenai bencana air
bah yang akan melanda bumi. Ia memerintahkan Maharaja Manu untuk segera
membuat bahtera besar.
Kisah dengan tema serupa juga dapat disimak dalam
kisah Nabi Nuh, yang konon membuat bahtera besar untuk
melindungi umatnya dari bencana air bah yang melanda bumi. Kisah dengan tema
yang sama juga ditemukan di beberapa negara, seperti kisah dari penduduk
asli Amerika dan dari Yunani.
Dalam diri manusia "ikan"
adalah lambang sebuah benih.Atau sel sperma dan sel telur. Sel seperma tidak
akan mengalami pembuahan jika tidak ada sel telur yang bagus. Untuk menampung
pertemuan tersebut dalam organ tubuh wanita disebut dengan rahim ( perahu dari
raja Manu). Jaman Satya Yuga jika dalam diri manusia adalah ketika masih dalam
kandungan hingga berumur 3 tahun.
Pada kehidupan di bumi =
ikan merupakan binatang air. Pada awal terbentuknya dunia yang ada adalah
kehidupan satwa air. Jaman Ordovisium (500 - 440 juta tahun lalu) Zaman
Ordovisium dicirikan oleh munculnya ikan tanpa rahang (hewan bertulang belakang
paling tua) dan beberapa hewan bertulang belakang yang muncul pertama kali
seperti Tetrakoral, Graptolit, Ekinoid (Landak Laut), Asteroid (Bintang Laut),
Krinoid (Lili Laut) dan Bryozona. Koral dan Alaga berkembang membentuk karang,
dimana trilobit dan Brakiopoda mencari mangsa.Graptolit dan Trilobit melimpah,
sedangkan Ekinodermata dan Brakiopoda mulai menyebar.Meluapnya Samudra dari
Zaman Es merupakan bagian peristiwa dari zaman ini.Gondwana dan benua-benua
lainnya mulai menutup celah samudera yang berada di antaranya.
Kisah tentang Matsya
dapat disimak dalam Matsyapurana dan juga Purana lainnya.
Diceritakan bahwa pada saat Raja Satyabrata (yang lebih dikenal
sebagai Waiwaswata Manu) mencuci tangan di sungai, seekor ikan kecil
menghampiri tangannya dan sang raja tahu bahwa ikan itu meminta perlindungan.
Akhirnya ia memelihara ikan tersebut. Ia menyiapkan kolam kecil sebagai tempat
tinggal ikan tersebut. Namun lambat laun ikan tersebut bertambah besar, hampir
memenuhi seluruh kolam. Akhirnya ia memindahkan ikan tersebut ke kolam yang
lebih besar. Kejadian tersebut terus terjadi berulang-ulang sampai akhirnya
beliau sadar bahwa ikan yang ia pelihara bukanlah ikan biasa.
Akhirnya melalui upacara, diketahuilah bahwa ikan
tersebut merupakan penjelmaan Dewa Wisnu. Dalam versi lain, ikan itu
dibawa ke samudera. Ikan itu sendiri menyampaikan kabar bahwa di bumi akan
terjadi bencana air bah yang sangat hebat selama tujuh hari. Ikan itu berpesan
agar sang raja membuat sebuah bahtera besar untuk menyelamatkan diri
dari banjir besar, dan mengisi bahtera tersebut dengan berbagai makhluk hidup
yang setiap jenisnya berjumlah sepasang (betina dan jantan), serta membawa
obat-obatan, makanan, bibit segala macam tumbuhan, dan mengajak Saptaresi (Tujuh
Maha Rsi). Ikan tersebut juga menambahkan bahwa setelah banjir besar tiba,
diharapkan agar bahtera tersebut diikat ke tanduk sang ikan dengan
naga Basuki sebagai talinya. Setelah menyampaikan seluruh pesan, ikan
ajaib tersebut menghilang.
Menurut Matsyapurana, seratus tahun
kemudian, kekeringan yang hebat melanda bumi. Banyak makhluk yang mati
kelaparan.Kemudian, langit dipenuhi oleh tujuh macam awan yang mencurahkan
hujan lebat tak terhentikan.Dengan cepat, air yang dicurahkan menutupi daratan
di bumi. Oleh karena Waiwaswata Manu sudah membuat bahtera sesuai
dengan petunjuk yang disampaikan awatara Wisnu, maka ia beserta pengikutnya
selamat dari bencana.
2. Kurma Avatar
2. Kurma Avatar
Kurma
Awatara
|
Kurma adalah awatara (penjelmaan) kedua
dewa Wisnu yang berwujud kura-kura raksasa.Awatara ini muncul pada masa
Satyayuga.Menurut kitab Adiparwa, kura-kura tersebut bernama Akupa.
Menurut berbagai kitab Purana,
Wisnu mengambil wujud seekor kura-kura (kurma) dan mengapung di lautan
susu (Kserasagara atau Kserarnawa). Di dasar laut
tersebut konon terdapat harta karun dan tirta amerta yang dapat membuat
peminumnya hidup abadi. Para Dewa dan Asura berlomba-lomba mendapatkannya.Untuk
mangaduk laut tersebut, mereka membutuhkan alat dan sebuah gunung yang bernama
Gunung Mandara Giri, yang digunakan untuk mengaduknya.Para Dewa dan para Asura
mengikat gunung tersebut dengan Naga Wasuki (Naga Basuki) dan memutar gunung
tersebut.Kurma menopang dasar gunung tersebut dengan tempurungnya.Dewa Indra
memegang puncak gunung tersebut agar tidak terangkat ke atas.Setelah sekian
lama tirta amerta berhasil didapat dan Dewa Wisnu mengambil alih.
Kisah tentang Kurma Awatara muncul dari kisah
pemutaran Mandaragiri yang terdapat dalam Kitab Adiparwa.
Dikisahkan pada zaman Satyayuga, para Dewa dan asura (rakshasa) bersidang di
puncak gunung Mahameru untuk mencari cara mendapatkan tirta amerta, yaitu air
suci yang dapat membuat hidup menjadi abadi. Sang Hyang Nārāyana (Wisnu)
bersabda, "Kalau kalian menghendaki tirta amerta tersebut, aduklah lautan
Ksera (Kserasagara), sebab dalam lautan tersebut terdapat tirta amerta.
Maka dari itu, kerjakanlah."
Setelah mendengar perintah Sang Hyang
Nārāyana, berangkatlah para Dewa dan asura pergi ke laut Ksera. Terdapat sebuah
gunung bernama Gunung Mandara (Mandaragiri) di Sangka Dwipa (Pulau Sangka),
tingginya sebelas ribu yojana.Gunung tersebut dicabut oleh Sang
Anantabhoga beserta segala isinya.Setelah mendapat izin dari Dewa Samudera,
gunung Mandara dijatuhkan di laut Ksira sebagai tongkat pengaduk lautan tersebut.Seekor
kura-kura (kurma) raksasa bernama Akupa yang konon katanya sebagai penjelmaan
Wisnu, menjadi dasar pangkal gunung tersebut.Ia disuruh menahan gunung Mandara
supaya tidak tenggelam.
Naga Basuki dipergunakan sebagai tali,
membelit lereng gunung tersebut.Dewa Indra menduduki puncaknya, suapaya gunung
tersebut tidak melambung ke atas.Setelah siap, para Dewa, rakshasa dan asura
mulai memutar gunung Mandara dengan menggunakan Naga Basuki sebagai tali.Para
Dewa memegang ekornya sedangkan para asura dan rakshasa memegang
kepalanya.Mereka berjuang dengan hebatnya demi mendapatkan tirta amerta
sehingga laut bergemuruh.Gunung Mandara menyala, Naga Basuki menyemburkan bisa
membuat pihak asura dan rakshasa kepanasan.Lalu Dewa Indra memanggil awan
mendung yang kemudian mengguyur para asura dan rakshasa.Lemak segala binatang
di gunung Mandara beserta minyak kayu hutannya membuat lautan Ksira mengental,
pemutaran Gunung Mandara pun makin diperhebat.
Saat lautan diaduk, racun mematikan yang
disebut Halahala menyebar.Racun tersebut dapat membunuh segala makhluk hidup.
Dewa Siwa kemudian meminum racun tersebut maka lehernya menjadi biru dan
disebut Nilakantha(Sanskerta: Nila: biru, Kantha:
tenggorokan). Setelah itu, berbagai dewa-dewi, binatang, dan harta karun muncul,
yaitu:
1. Sura, Dewi yang menciptakan
minuman anggur
2. Apsara, Kaum bidadari kahyangan
3. Kostuba, Permata yang paling berharga
di dunia
4. Uccaihsrawa, Kuda para Dewa
5. Kalpawreksa, Pohon yang dapat
mengabulkan keinginan
6. Kamadhenu, Sapi pertama dan ibu dari
segala sapi
7. Airawata, Kendaraan Dewa Indra
8. Laksmi, Dewi keberuntungan dan
kemakmuran
Pembagian Tirta Amertha
|
Akhirnya keluarlah Dhanwantari membawa kendi
berisi tirta amerta. Karena para Dewa sudah banyak mendapat bagian sementara
para asura dan rakshasa tidak mendapat bagian sedikit pun, maka para asura dan
rakshasa ingin agar tirta amerta menjadi milik mereka. Akhirnya tirta amerta
berada di pihak para asura dan rakshasa dan Gunung Mandara dikembalikan ke
tempat asalnya, Sangka Dwipa.
Melihat tirta amerta berada di tangan para
asura dan rakshasa, Dewa Wisnu memikirkan siasat bagaimana merebutnya
kembali.Akhirnya Dewa Wisnu mengubah wujudnya menjadi seorang wanita yang
sangat cantik, bernama Mohini.Wanita cantik tersebut menghampiri para asura dan
rakshasa.Mereka sangat senang dan terpikat dengan kecantikan wanita jelmaan
Wisnu.Karena tidak sadar terhadap tipu daya, mereka menyerahkan tirta amerta
kepada Mohini.
Dewi Mohini
|
Setelah mendapatkan tirta, wanita tersebut
lari dan mengubah wujudnya kembali menjadi Dewa Wisnu.Melihat hal itu, para
asura dan rakshasa menjadi marah.Kemudian terjadilah perang antara para Dewa
dengan asura dan rakshasa.Pertempuran terjadi sangat lama dan kedua pihak
sama-sama sakti.Agar pertempuran dapat segera diakhiri, Dewa Wisnu memunculkan
senjata cakra yang mampu menyambar-nyambar para asura dan rakshasa.Kemudian
mereka lari tunggang langgang karena menderita kekalahan.Akhirnya tirta amerta
berada di pihak para Dewa.
Raksasa Memakan Bulan
|
Para Dewa kemudian terbang ke Wisnuloka,
kediaman Dewa Wisnu, dan di sana mereka meminum tirta amerta sehingga hidup
abadi. Seorang rakshasa yang merupakan anak Sang Wipracitti dengan Sang
Singhika mengetahui hal itu, kemudian ia mengubah wujudnya menjadi Dewa dan
turut serta meminum tirta amerta. Hal tersebut diketahui oleh Dewa Aditya dan
Chandra, yang kemudian melaporkannya kepada Dewa Wisnu. Dewa Wisnu kemudian
mengeluarkan senjata chakranya dan memenggal leher sang rakshasa, tepat ketika
tirta amerta sudah mencapai tenggorokannya. Badan sang rakshasa mati, namun
kepalanya masih hidup karena tirta amerta sudah menyentuh tenggorokannya. Sang
rakshasa marah kepada Dewa Aditya dan Chandra, dan bersumpah akan memakan
mereka pada pertengahan bulan. Sehingga terjadilah gerhana bulan dan gerhana
matahari.
3. Waraha Avatar
Waraha Awatara
|
Waraha adalah awatara (penjelmaan) ketiga
dari Dewa Wisnu yang berwujud babi hutan.Awatara ini muncul pada masa Satyayuga
(zaman kebenaran).Kisah mengenai Waraha Awatara selengkapnya terdapat di dalam
kitab Warahapurana dan Purana-Purana lainnya.
Pada zaman Satyayuga (zaman kebenaran), ada
seorang raksasa bernama Hiranyaksa, adik raksasa Hiranyakasipu.Keduanya
merupakan kaum Detya (raksasa).Hiranyaksa hendak menenggelamkan Pertiwi (planet
bumi) ke dalam "lautan kosmik," suatu tempat antah berantah di ruang
angkasa.
Melihat dunia akan mengalami kiamat, Wisnu
menjelma menjadi babi hutan yang memiliki dua taring panjang mencuat dengan
tujuan menopang bumi yang dijatuhkan oleh Hiranyaksa. Usaha penyelamatan yang
dilakukan Waraha tidak berlangsung lancar karena dihadang oleh
Hiranyaksa.
Maka terjadilah pertempuran sengit antara raksasa
Hiranyaksa melawan Dewa Wisnu.Konon pertarungan ini terjadi ribuan tahun yang
lalu dan memakan waktu ribuan tahun pula.Pada akhirnya, Dewa Wisnu yang menang.
Pertarungan Waraha dan Hiranyaksa
|
Setelah Beliau memenangkan pertarungan, Beliau
mengangkat bumi yang bulat seperti bola dengan dua taringnya yang panjang
mencuat, dari lautan kosmik, dan meletakkan kembali bumi pada orbitnya.Setelah
itu, Dewa Wisnu menikahi Dewi Pertiwi dalam wujud awatara tersebut.
Waraha Awatara dilukiskan sebagai babi hutan yang
membawa planet bumi dengan kedua taringnya dan meletakkannya di atas hidung, di
depan mata. Kadangkala dilukiskan sebagai manusia berkepala babi hutan, dengan
dua taring menyangga bola dunia, bertangan empat, masing-masing membawa: cakra,
terompet dari kulit kerang (sangkakala), teratai, dan gada.
4. Narasinga Avatar
Menurut kitab Purana, pada
menjelang akhir zaman Satyayuga (zaman kebenaran), seorang raja asura
Hiranyakasipu membenci segala sesuatu yang berhubungan dengan Wisnu, dan dia
tidak senang apabila di kerajaannya ada orang yang memuja Wisnu.Sebab
bertahun-tahun yang lalu, adiknya yang bernama Hiranyaksa dibunuh oleh Waraha,
awatara Wisnu.
Agar menjadi sakti, ia melakukan tapa yang
sangat berat, dan hanya memusatkan pikirannya pada Dewa Brahma. Setelah Brahma
berkenan untuk muncul dan menanyakan permohonannya, Hiranyakasipu meminta agar
ia diberi kehidupan abadi, tak akan bisa mati dan tak akan bisa dibunuh. Namun
Dewa Brahma menolak, dan menyuruhnya untuk meminta permohonan lain. Akhirnya
Hiranyakashipu meminta, bahwa ia tidak akan bisa dibunuh oleh manusia, hewan
ataupun dewa, tidak bisa dibunuh pada saat pagi, siang ataupun malam, tidak
bisa dibunuh di darat, air, api, ataupun udara, tidak bisa dibunuh di dalam
ataupun di luar rumah, dan tidak bisa dibunuh oleh segala macam senjata.
Mendengar permohonan tersebut, Dewa Brahma mengabulkannya.
Sementara ia meninggalkan rumahnya untuk
memohon berkah, para dewa yang dipimpin oleh Dewa Indra, menyerbu rumahnya.
Narada datang untuk menyelamatkan istri Hiranyakasipu yang tak berdosa, bernama
Lilawati. Saat Lilawati meninggalkan rumah, anaknya lahir dan diberi nama
Prahlada. Anak itu dididik oleh Narada untuk menjadi anak yang budiman,
menyuruhnya menjadi pemuja Wisnu, dan menjauhkan diri dari sifat-sifat
keraksasaan ayahnya.
Mengetahui para dewa melindungi istrinya,
Hiranyakasipu menjadi sangat marah.Ia semakin membenci Dewa Wisnu, dan anaknya
sendiri, Prahlada yang kini menjadi pemuja Wisnu. Namun, setiap kali ia
membunuh putranya, ia selalu tak pernah berhasil karena dihalangi oleh kekuatan
gaib yang merupakan perlindungan dari Dewa Wisnu. Ia kesal karena selalu gagal
oleh kekuatan Dewa Wisnu, namun ia tidak mampu menyaksikan Dewa Wisnu yang
melindungi Prahlada secara langsung. Ia menantang Prahlada untuk menunjukkan
Dewa Wisnu. Prahlada menjawab, "Ia ada dimana-mana, Ia ada di sini, dan Ia
akan muncul".
Narasinga Membunuh Hiranyakasipu
|
Mendengar jawaban itu, ayahnya sangat marah,
mengamuk dan menghancurkan pilar rumahnya.Tiba-tiba terdengar suara yang
menggemparkan.Pada saat itulah Dewa Wisnu sebagai Narasinga muncul dari pilar
yang dihancurkan Hiranyakasipu.Narasinga datang untuk menyelamatkan Prahlada
dari amukan ayahnya, sekaligus membunuh Hiranyakasipu.Namun, atas anugerah dari
Brahma, Hiranyakasipu tidak bisa mati apabila tidak dibunuh pada waktu, tempat
dan kondisi yang tepat. Agar berkah dari Dewa Brahma tidak berlaku, ia memilih
wujud sebagai manusia berkepala singa untuk membunuh Hiranyakasipu. Ia juga
memilih waktu dan tempat yang tepat. Akhirnya, berkah dari Dewa Brahma tidak berlaku.Narasinga
berhasil merobek-robek perut Hiranyakasipu. Akhirnya Hiranyakasipu berhasil
dibunuh oleh Narasinga, karena ia dibunuh bukan oleh manusia, binatang, atau
dewa. Ia dibunuh bukan pada saat pagi, siang, atau malam, tapi senja hari. Ia
dibunuh bukan di luar atau di dalam rumah. Ia dibunuh bukan di darat, air, api,
atau udara, tapi di pangkuan Narasinga. Ia dibunuh bukan dengan senjata,
melainkan dengan kuku.
Narasinga memberi contoh bahwa Tuhan itu ada
dimana-mana.Rasa bakti yang tulus dari Prahlada menunjukkan bahwa sikap
seseorang bukan ditentukan dari golongannya, ataupun bukan karena berasal dari
keturunan yang jelek, melainkan dari sifatnya. Meskipun Prahlada seorang
keturunan Asura, namun ia juga seorang penyembah Wisnu yang taat.
Membunuh Hiranyakasipu dengan mengambil wujud
sebagai Narasinga merupakan salah satu cara menghukum yang paling sadis dari
Dewa Wisnu. Di India, Narasinga sangat terkenal. Dalam festival tradisional
India, kisah ini berhubungan dengan perayaan Holi, salah satu perayaan
terpenting di India.Dari sinilah Narasimha menjadi terkenal. Di India Selatan,
Narasinga sering dituangkan ke dalam bentuk seni pahatan dan lukisan. Narasinga
merupakan awatara yang paling terkenal setelah Rama dan Kresna.
5. Wamana Avatar
Wamana Awatara
|
Wamana adalah awatara Wisnu yang kelima, turun
pada masa Tretayuga, sebagai putra Aditi dan Kasyapa, seorang Brahmana.Ia
(Wisnu) turun ke dunia guna menegakkan kebenaran dan memberi pelajaran kepada
raja Bali (Mahabali), seorang Asura, cucu dari Prahlada. Raja Bali telah
merebut surga dari kekuasaan Dewa Indra, karena itu Wisnu turun tangan dan
menjelma ke dunia, memberi hukuman pada Raja Bali.Wamana awatara dilukiskan
sebagai Brahmana dengan raga anak kecil yang membawa payung.Wamana Awatara merupakan
penjelmaan pertama Dewa Wisnu yang mengambil bentuk manusia lengkap, meskipun
berwujud Brahmana mungil.Wamana kadang-kadang dikenal juga dengan sebutan
"Upendra."
Kisah Wamana Awatara dimuat dalam kitab Bhagawatapurana.Menurut
cerita dalam kitab, Wamana sebagai Brahmana cilik datang ke istana Raja Bali
karena pada saat itu Raja Bali mengundang seluruh Brahmana untuk diberikan
hadiah.Ia sudah dinasehati oleh Sukracarya agar tidak memberikan hadiah apapun
kepada Brahmana yang aneh dan lain daripada biasanya. Pada waktu pemberian
hadiah, seorang Brahmana kecil muncul di antara Brahmana-Brahmana yang sudah
tua-tua. Brahmana tersebut juga akan diberi hadiah oleh Bali.
Wamana Menginjak Kepala Mahabali
|
Brahmana kecil itu meminta tanah seluas tiga
jengkal yang diukur dengan langkah kakinya.Raja Bali begitu takabur dan
melupakan nasehat dari Sukracarya. Lalu Raja Bali menyuruh Brahmana
kecil itu untuk melangkah.
Pada waktu itu juga, Brahmana tersebut membesar
dan terus membesar. Dengan ukurannya yang sangat besar, ia mampu melangkah di
surga dan bumi sekaligus (Bhur, Bwah, Swah). Pada langkah yang pertama, ia
menginjak surga. Pada langkah yang kedua, ia menginjak bumi. Pada langkah yang
ketiga, karena tidak ada lahan untuknya berpijak, maka Bali menyerahkan kepalanya.Sejak
itu, tamatlah kekuasaan Bali.Karena terkesan dengan kedermawanan Bali, Wamana
memberinya gelar Mahabali.Ia juga berjanji bahwa kelak Bali akan menjadi Indra
pada Manwantara berikutnya.
6. Parasurama Avatar
Parasurama
|
Parasurama adalah nama seorang tokoh Ciranjiwin
dalam ajaran agama Hindu. Secara harfiah, nama Parashurama bermakna
"Rama yang bersenjata kapak". Nama lainnya adalah Bhargawa yang
bermakna "keturunan Maharesi Bregu".Ia sendiri dikenal sebagai
awatara Wisnu yang keenam dan hidup pada zaman Tretayuga. Pada zaman ini banyak
kaum kesatria yang berperang satu sama lain sehingga menyebabkan kekacauan di
dunia. Maka, Wisnu sebagai dewa pemelihara alam semesta lahir ke dunia sebagai
seorang brahmana berwujud angker, yaitu Rama putra Jamadagni, untuk menumpas
para kesatria tersebut.
Parasurama merupakan putra bungsu Jamadagni,
seorang resi keturunan Bregu. Itulah sebabnya ia pun terkenal dengan julukanBhargawa.
Sewaktu lahir Jamadagni memberi nama putranya ituRama. Setelah dewasa,
Rama pun terkenal dengan julukan Parasurama karena selalu membawa kapak sebagai
senjatanya. Selain itu, Parasurama juga memiliki senjata lain berupa busur
panah yang besar luar biasa.
Sewaktu muda Parasuama pernah membunuh ibunya
sendiri, yang bernama Renuka.Hal itu disebabkan karena kesalahan Renuka dalam
melayani kebutuhan Jamadagni sehingga menyebabkan suaminya itu marah.Jamadagni
kemudian memerintahkan putra-putranya supaya membunuh ibu mereka tersebut.Ia
menjanjikan akan mengabulkan apa pun permintaan mereka. Meskipun demikian,
sebagai seorang anak, putra-putra Jamadagni, kecuali Parasurama, tidak ada yang
bersedia melakukannya.Jamadagni semakin marah dan mengutuk mereka menjadi batu.
Parasurama sebagai putra termuda dan paling
cerdas ternyata bersedia membunuh ibunya sendiri. Setelah kematian Renuka, ia
pun mengajukan permintaan sesuai janji Jamadagni. Permintaan tersebut antara
lain, Jamadagni harus menghidupkan dan menerima Renuka kembali, serta
mengembalikan keempat kakaknya ke wujud manusia. Jamadagni pun merasa bangga
dan memenuhi semua permintaan Parasurama.
Pada zaman kehidupan Parasurama, ketenteraman
dunia dikacaukan oleh ulah kaum kesatria yang gemar berperang satu sama lain.
Parasurama pun bangkit menumpas mereka, yang seharusnya berperan sebagai
pelindung kaum lemah. Tidak terhitung banyaknya kesatria, baik itu raja ataupun
pangeran, yang tewas terkena kapak dan panah milik Rama putra Jamadagni.
Konon Parasurama bertekad untuk menumpas habis
seluruh kesatria dari muka bumi.Ia bahkan dikisahkan telah mengelilingi dunia
sampai tiga kali. Setelah merasa cukup, Parasurama pun mengadakan upacara
pengorbanan suci di suatu tempat bernama Samantapancaka. Kelak pada zaman
berikutnya, tempat tersebut terkenal dengan nama Kurukshetra dan dianggap
sebagai tanah suci yang menjadi ajang perang saudara besar-besaran antara
keluarga Pandawa dan Korawa.
Parasurama
|
Penyebab khusus mengapa Parasurama bertekad
menumpas habis kaum kesatria adalah karena perbuatan raja Kerajaan Hehaya
bernama Kartawirya Arjuna yang telah merampas sapi milik Jamadagni.Parasurama
marah dan membunuh raja tersebut. Namun pada kesempatan berikutnya, anak-anak
Kartawirya Arjuna membalas dendam dengan cara membunuh Jamadagni. Kematian
Jamadagni inilah yang menambah besar rasa benci Parasurama kepada seluruh
golongan kesatria.
Meskipun jumlah kesatria yang mati dibunuh
Parasurama tidak terhitung banyaknya, namun tetap saja masih ada yang tersisa
hidup.Antara lain dari Wangsa Surya yang berkuasa di Ayodhya, Kerajaan Kosala.Salah
seorang keturunan wangsa tersebut adalah Sri Rama putra Dasarata. Pada suatu
hari ia berhasil memenangkan sayembara di Kerajaan Mithila untuk memperebutkan
Sita putri negeri tersebut. Sayembara yang digelar ialah yaitu membentangkan
busur pusaka pemberian Siwa.Dari sekian banyak pelamar hanya Sri Rama yang
mampu mengangkat, bahkan mematahkan busur tersebut.
Pada zaman Dwaparayuga Wisnu terlahir kembali
sebagai Kresna putra Basudewa.Pada zaman tersebut Parasurama menjadi guru
sepupu Kresna yang bernama Karna yang menyamar sebagai anak seorang
brahmana.Setelah mengajarkan berbagai ilmu kesaktian, barulah Parasurama
mengetahui kalau Karna berasal dari kaum kesatria.Ia pun mengutuk Karna akan
lupa terhadap semua ilmu kesaktian yang pernah dipelajarinya pada saat
pertempuran terakhirnya. Kutukan tersebut menjadi kenyataan ketika Karna
berhadapan dengan adiknya sendiri, yang bernama Arjuna, dalam perang di
Kurukshetra.
Parasurama diyakini masih hidup pada zaman
sekarang. Konon saat ini ia sedang bertapa mengasingkan diri di puncak gunung,
atau di dalam hutan belantara.
7. Rama Avatar
Rama Awatara
|
Rama atau Ramacandra adalah seorang raja
legendaris yang terkenal dari India yang konon hidup pada zaman Tretayuga, keturunan
Dinasti Surya atau Suryawangsa.Ia berasal dari Kerajaan Kosala yang beribukota
Ayodhya. Menurut pandangan Hindu, ia merupakan awatara Dewa Wisnu yang ketujuh
yang turun ke bumi pada zaman Tretayuga. Sosok dan kisah kepahlawanannya yang
terkenal dituturkan dalam sebuah sastra Hindu Kuno yang disebutRamayana,
tersebar dari Asia Selatan sampai Asia Tenggara. Terlahir sebagai putera sulung
dari pasangan Raja Dasarata dengan Kosalya, ia dipandang sebagai Maryada
Purushottama, yang artinya "Manusia Sempurna". Setelah dewasa,
Rama memenangkan sayembara dan beristerikan Dewi Sita, inkarnasi dari Dewi
Laksmi.Rama memiliki anak kembar, yaitu Kusa dan Lawa.
Dalam wiracarita Ramayana diceritakan
bahwa sebelum Rama lahir, seorang raja raksasa bernama Rahwana telah meneror
Triloka (tiga dunia) sehingga membuat para dewa merasa cemas.Atas hal tersebut,
Dewi bumi menghadap Brahma agar beliau bersedia menyelamatkan alam beserta
isinya.Para dewa juga mengeluh kepada Brahma, yang telah memberikan anugerah
kepada Rahwana sehingga raksasa tersebut menjadi takabur.Setelah para dewa
bersidang, mereka memohon agar Wisnu bersedia menjelma kembali ke dunia untuk
menegakkan dharma serta menyelamatkan orang-orang saleh. Dewa Wisnu menyatakan
bahwa ia bersedia melakukannya. Ia berjanji akan turun ke dunia sebagai Rama,
putera raja Dasarata dari Ayodhya. Dalam penjelmaannya ke dunia, Wisnu ditemani
oleh Naga Sesa yang akan mengambil peran sebagai Laksmana, serta Laksmi yang
akan mengambil peran sebagai Sita.
8. Kresna Avatar
Krisna Awatara
|
Kresna adalah salah satu dewa yang dipuja oleh
umat Hindu, berwujud pria berkulit gelap atau biru tua, memakai dhoti kuning
dan mahkota yang dihiasi bulu merak. Dalam seni lukis dan arca, umumnya ia
digambarkan sedang bermain seruling sambil berdiri dengan kaki yang ditekuk ke
samping. Legenda Hindu dalam kitab Purana dan Mahabharata menyatakan
bahwa ia adalah putra kedelapan Basudewa dan Dewaki dari kerajaan Surasena,
kerajaan mitologis di India Utara. Secara umum, ia dipuja sebagai awatara
(inkarnasi) Dewa Wisnu kedelapan di antara sepuluh awatara Wisnu. Dalam
beberapa sekte Hindu, misalnya Gaudiya Waisnawa, ia dianggap sebagai
manifestasi dari kebenaran mutlak, atau perwujudan Tuhan itu sendiri, dan dalam
tafsiran kitab-kitab yang mengatasnamakan Wisnu atau Kresna, misalnya Bhagawatapurana,
ia dimuliakan sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Dalam Bhagawatapurana,
ia digambarkan sebagai sosok penggembala muda yang mahir bermain seruling,
sedangkan dalam wiracarita Mahabharata ia dikenal sebagai
sosok pemimpin yang bijaksana, sakti, dan berwibawa. Selain itu ia dikenal pula
sebagai tokoh yang memberikan ajaran filosofis, dan umat Hindu meyakini Bhagawadgita sebagai
kitab yang memuat kotbah Kresna kepada Arjuna tentang ilmu rohani.
9. Gautama Buddha
Avatar
Budha Awatara
|
Budha adalah perwujudan Awatara Wisnu yang
kesembilan dan di antara perwujudan awatara Wisnu awatara Budha adalah yang
sempurna di mana umat manusia diajarkan tentang dharma dan kebahagiaan yang
mutlak.
Di jaman kerajaan Kapilavastu dengan rajanya Suddhodana dan ratunya Mahamaya. Di mana sang ratu kemudian melahirkan seorang bayi laki-laki yang tampan yang mereka beri nama Siddhartha, akan tetapi sungguhlah sayang tujuh hari kemudian, sang ratu Mahamaya meninggal dunia.
Seorang Rsi bijaksana/penasehat raja pada saat itu yang bernama Kala Devala memberi tahu sang raja bahwa ketika pangeran Siddhartha beranjak dewasa ia akan melihat hal-hal yang akan membuatnya sedih dan pergi menuju hutan. Mendengar hal itu raja tidak memperbolehkan Siddhartha untuk pergi melewati gerbang istana.
Siddhartha merupakan anak pintar, berbahagia dan juga amat penyayang serta lembut.Pada suatu hari Siddhartha dan sepupunya Devadatta sedang berjalan-jalan.Devadatta tiba-tiba melihat seekor angsa dan memanahnya sehingga angsa tersebut terjatuh. Siddhartha amat terkejut melihat burung yang terluka tersebut, Devadatta bersikeras untuk memiliki burung angsa tersebut karena ia yang memanahnya. Akan tetapi Siddharta mengatakan itu adalah miliknya. Akhirnya mereka pergi ke Rsi Kala Devala sang penasehat raja di mana kemudian Rsi itu mengatakan angsa tersebut menjadi milik orang yang menyelamatkannya bukan orang yang berusaha membunuhnya.
Siddhartha tumbuh dewasa dan menjadi seorang pria muda.Raja Suddhodana menikahkannya dengan seorang putri cantik yang bernama Yashodhara. Raja berharap agar Siddhartha tidak akan pernah meninggalkan istana. Tapi Siddhartha tidak merasa bahagia di dalam istana.Ia memerintahkan pelayannya yang setia Channa untuk menemaninya berjalan-jalan keluar istana. Dalam perjalanannya Siddhartha melihat orang yang sudah tua yang bungkuk dimana Siddhartha tidak pernah melihatnya di dalam istana.Melihat orang yang sedang sakit keras dan melihat orang meninggal. Siddartha menyadari bahwa ayahnya mengungkungnya di dalam istana, untuk melindunginya agar ia tidak melihat hal-hal semacam itu.
Siddartha keluar lagi dan kali ini ia melihat seorang pria dengan kepala gundul. Ia bertanya pada pelayannya dan pelayannya berkata itu adalah seorang bijak yang meninggalkan segalanya serta pergi ke hutan untuk mencari kebahagiaan.
Pada suatu kesempatan Siddharta berpikir untuk meninggalkan Istana dan mencari kebahagiaan.Akhirnya pada suatu malam, ketika istri dan anaknya Rahula sedang tertidur, Siddartha bersama pelayannya yang setia Channa dengan diam-diam pergi meninggalkan istana.Mereka menyeberangi sungai Anoma, disana Siddartha melepaskan jubah kerajaanya dan memberikannya kepada Channa untuk mengembalikannya ke istana.Kemudian Siddartha menggunakan jubah oranye serta memotong rambut panjangnya.Siddartha pergi menemui satu guru ke guru yang lain menanyakan; Apakah Anda tahu jalan untuk mencapai kebahagian?
Tapi tidak ada seorang pun bisa memberitahunya. Akhirnya ia duduk di bawah pohon Bodhi dan berusaha menemukan jawabannya sendiri. Beberapa hari kemudian ia menjadi seorang yang bijak dan orang-orang menyebutnya Gautama Budha. Budha mencintai seluruh binatang dan memperlakukan mereka dengan penuh kasih sayang.
Pada suatu hari Dewa Siwa menguji Sang Budha karena Siwa tahu Awatara ini yang akan membawa umat dunia untuk mencari jalan kebahagian karena mempunyai jiwa kasih sayang terhadap semua makhluk.
Dewa Siwa mengirim binatang buas yaitu gajah liar dan harimau liar nan ganas. Tetapi yang terjadi pada binatang-binatang tersebut setelah melihat cahaya kasih sayang yang dipancarkan oleh Sang Budha binatang-binatang tersebut langsung tunduk hormat dan bersimpuh di bawah kaki Sang Budha. Akhirnya Sang Budha mempunyai pengikut yang sangat banyak dan pengikutnya tinggal di dalam sebuah grup yang di sebut Sangha.
Sang Budha mengajarkan bahwa seseorang bisa mendapatkan kebahagiaan dengan merasa puas akan apa yang dimilikinya dan menunjukkan kasih sayang pada semua mahluk. Pada akhirnya di sebuah tempat yang bernama Kusinara, Sang Budha berbaring di bawah pohon Sala dan menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Maka sesuai petunjuk dari Sakyamuni yang diperoleh oleh Ida Mpu Kuturan, Sang Budha Gautama akan bereinkarnasi kembali karena di jaman Kali Sang Budha akan berkhotbah kembali sebagai Awatara yang terakhir agar dunia ini bisa tentram dan damai. Dengan alasan tersebut Sang Budha tidak moksha atau kembali ke Nirwana di jaman itu karena Sang Budha akan bereinkarnasi kembali dengan Awataranya yang terakhir yaitu Kalki Awatara.
Di jaman kerajaan Kapilavastu dengan rajanya Suddhodana dan ratunya Mahamaya. Di mana sang ratu kemudian melahirkan seorang bayi laki-laki yang tampan yang mereka beri nama Siddhartha, akan tetapi sungguhlah sayang tujuh hari kemudian, sang ratu Mahamaya meninggal dunia.
Seorang Rsi bijaksana/penasehat raja pada saat itu yang bernama Kala Devala memberi tahu sang raja bahwa ketika pangeran Siddhartha beranjak dewasa ia akan melihat hal-hal yang akan membuatnya sedih dan pergi menuju hutan. Mendengar hal itu raja tidak memperbolehkan Siddhartha untuk pergi melewati gerbang istana.
Siddhartha merupakan anak pintar, berbahagia dan juga amat penyayang serta lembut.Pada suatu hari Siddhartha dan sepupunya Devadatta sedang berjalan-jalan.Devadatta tiba-tiba melihat seekor angsa dan memanahnya sehingga angsa tersebut terjatuh. Siddhartha amat terkejut melihat burung yang terluka tersebut, Devadatta bersikeras untuk memiliki burung angsa tersebut karena ia yang memanahnya. Akan tetapi Siddharta mengatakan itu adalah miliknya. Akhirnya mereka pergi ke Rsi Kala Devala sang penasehat raja di mana kemudian Rsi itu mengatakan angsa tersebut menjadi milik orang yang menyelamatkannya bukan orang yang berusaha membunuhnya.
Siddhartha tumbuh dewasa dan menjadi seorang pria muda.Raja Suddhodana menikahkannya dengan seorang putri cantik yang bernama Yashodhara. Raja berharap agar Siddhartha tidak akan pernah meninggalkan istana. Tapi Siddhartha tidak merasa bahagia di dalam istana.Ia memerintahkan pelayannya yang setia Channa untuk menemaninya berjalan-jalan keluar istana. Dalam perjalanannya Siddhartha melihat orang yang sudah tua yang bungkuk dimana Siddhartha tidak pernah melihatnya di dalam istana.Melihat orang yang sedang sakit keras dan melihat orang meninggal. Siddartha menyadari bahwa ayahnya mengungkungnya di dalam istana, untuk melindunginya agar ia tidak melihat hal-hal semacam itu.
Siddartha keluar lagi dan kali ini ia melihat seorang pria dengan kepala gundul. Ia bertanya pada pelayannya dan pelayannya berkata itu adalah seorang bijak yang meninggalkan segalanya serta pergi ke hutan untuk mencari kebahagiaan.
Pada suatu kesempatan Siddharta berpikir untuk meninggalkan Istana dan mencari kebahagiaan.Akhirnya pada suatu malam, ketika istri dan anaknya Rahula sedang tertidur, Siddartha bersama pelayannya yang setia Channa dengan diam-diam pergi meninggalkan istana.Mereka menyeberangi sungai Anoma, disana Siddartha melepaskan jubah kerajaanya dan memberikannya kepada Channa untuk mengembalikannya ke istana.Kemudian Siddartha menggunakan jubah oranye serta memotong rambut panjangnya.Siddartha pergi menemui satu guru ke guru yang lain menanyakan; Apakah Anda tahu jalan untuk mencapai kebahagian?
Tapi tidak ada seorang pun bisa memberitahunya. Akhirnya ia duduk di bawah pohon Bodhi dan berusaha menemukan jawabannya sendiri. Beberapa hari kemudian ia menjadi seorang yang bijak dan orang-orang menyebutnya Gautama Budha. Budha mencintai seluruh binatang dan memperlakukan mereka dengan penuh kasih sayang.
Pada suatu hari Dewa Siwa menguji Sang Budha karena Siwa tahu Awatara ini yang akan membawa umat dunia untuk mencari jalan kebahagian karena mempunyai jiwa kasih sayang terhadap semua makhluk.
Dewa Siwa mengirim binatang buas yaitu gajah liar dan harimau liar nan ganas. Tetapi yang terjadi pada binatang-binatang tersebut setelah melihat cahaya kasih sayang yang dipancarkan oleh Sang Budha binatang-binatang tersebut langsung tunduk hormat dan bersimpuh di bawah kaki Sang Budha. Akhirnya Sang Budha mempunyai pengikut yang sangat banyak dan pengikutnya tinggal di dalam sebuah grup yang di sebut Sangha.
Sang Budha mengajarkan bahwa seseorang bisa mendapatkan kebahagiaan dengan merasa puas akan apa yang dimilikinya dan menunjukkan kasih sayang pada semua mahluk. Pada akhirnya di sebuah tempat yang bernama Kusinara, Sang Budha berbaring di bawah pohon Sala dan menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Maka sesuai petunjuk dari Sakyamuni yang diperoleh oleh Ida Mpu Kuturan, Sang Budha Gautama akan bereinkarnasi kembali karena di jaman Kali Sang Budha akan berkhotbah kembali sebagai Awatara yang terakhir agar dunia ini bisa tentram dan damai. Dengan alasan tersebut Sang Budha tidak moksha atau kembali ke Nirwana di jaman itu karena Sang Budha akan bereinkarnasi kembali dengan Awataranya yang terakhir yaitu Kalki Awatara.
10. Kalki Avatar
Kalki Awatara
|
Kalki (juga disalin sebagai Kalkin dan Kalaki)
adalah awatara kesepuluh dan awatara (inkarnasi) terakhir Dewa Wisnu Sang
pemelihara, yang akan datang pada akhir zaman Kaliyuga (zaman kegelapan dan
kehancuran).
Kata Kalki seringkali
merupakan suatu kiasan dari “keabadian” atau “masa”. Asal mula nama tersebut
diperkirakan berasal dari kata Kalka yang bermakna “kotor”, “busuk”, atau
“jahat” dan oleh karena itu "Kalki" berarti “Penghancur kejahatan”,
“Penghancur kekacauan”, "Penghancur kegelapan", atau “Sang Pembasmi
Kebodohan”. Dalam bahasa Hindi, kalki avatar berarti
“inkarnasi hari esok”.
Kalki Awatara
|
Berbagai tradisi memiliki berbagai kepercayaan
dan pemikiran mengenai kapan, bagaimana, di mana, dan mengapa Kalki Awatara
muncul. Penggambaran yang umum mengenai Kalki Awatara yaitu beliau adalah
Awatara yang mengendarai kuda putih (beberapa sumber mengatakan nama kudanya “Devadatta”
(anugerah Dewa) dan dilukiskan sebagai kuda bersayap). Kalki memiliki pedang
berkilat yang digunakan untuk memusnahkan kejahatan dan menghancurkan iblis
Kali, kemudian menegakkan kembali Dharma dan memulai zaman yang baru.
Salah satu sumber yang pertama kali
menyebutkan istilah Kalki adalah Wisnu Purana, yang diduga muncul setelah masa
Kerajaan Gupta sekitar abad ke-7 sebelum Masehi.Wisnu adalah Dewa pemelihara
dan pelindung, salah satu bagian Trimurti, dan merupakan penengah yang
mempertimbangkan penciptaan dan kehancuran sesuatu.Kalki juga muncul di salah
satu dari 18 kitab Purana yang utama, Agni Purana.Kitab purana yang memuat
khusus tentang Kalki adalah Kalki Purana. Di sana dibahas kapan, dimana,
bagaimana, dan mengapa Kalki muncul.
Membuka Wawasan Pikiran Kita
Beberapa orang meyakini bahwa filsafat Dasa
Awatara menunjukkan perkembangan kehidupan dan peradaban manusia di muka
bumi.Setiap Awatara merupakan lambang dari setiap perkembangan zaman yang
terjadi. Matsya Awatara merupakan lambang bahwa kehidupan pertama
terjadi di air. Kurma Awatara menunjukkan perkembangan selanjutnya,
yakni munculnya hewan amphibi. Waraha Awatara melambangkan kehidupan
selanjutnya terjadi di darat.Narasimha Awatara melambangkan dimulainya
evolusi mamalia. Wamana Awatara melambangkan perkembangan makhluk
yang disebut manusia namun belum sempurna. Parashurama Awatara, pertapa
bersenjata kapak, melambangkan perkembangan manusia di tingkat yang
sempurna. Rama Awatara melambangkan peradaban manusia untuk memulai
pemerintahan. Krishna Awatara, yang mahir dalam enam puluh empat bidang
pengetahuan dan kesenian melambangkan kecakapan manusia di bidang kebudayaan
dan memajukan peradaban. Balarama Awatara, Kakak Kresna yang bersenjata
alat pembajak sawah, melambangkan peradaban dalam bidang pertanian. Buddha
Awatara, yang mendapatkan pencerahan, melambangkan kemajuan sosial manusia.
Awatara yang turun ke dunia juga memiliki
makna-makna menurut zamannya: masa para Raja meraih kejayaan dengan
pemerintahan Rama Awatara pada masa Treta Yuga, dan keadilan sosial dan
Dharma dilindungi oleh Sri Kresna pada masa Dwapara Yuga. Makna dari turunnya
para Awatara selama masa Satya Yuga menuju Kali Yuga juga
menunjukkan evolusi makhluk hidup dan perkembangan peradaban manusia.
Awatara-awatara dalam daftar di atas merupakan
inkarnasi Wisnu, yang mana dalam suatu filsafat merupakan lambang dari
takaran dari nilai-nilai kemasyarakatan.Istri Dewa Wisnu bernama Laksmi,
Dewi kemakmuran.Kemakmuran dihasilkan oleh masyarakat, dan diusahakan agar
terus berjalan seimbang.Hal tersebut dilambangkan dengan Dewi Laksmi yang
berada di kaki Dewa Wisnu.Dewi Laksmi sangat setia terhadapnya.
Filsafat Catur Yuga yang merupakan
masa-masa yang menjadi latar belakang turunnya suatu Awatara dideskripsikan
sebagai berikut:
- Satya Yuga, dilambangkan dengan seseorang
membawa sebuah kendi (kamandalu)
- Treta Yuga, dilambangkan
dengan seseorang yang membawa sapi dan sauh
- Dwapara Yuga, dilambangkan
dengan seseorang membawa busur panah dan kapak
- Kali Yuga, dilambangkan
dengan seseorang yang sangat jelek, telanjang, dan melakukan tindakan yang
tidak senonoh.
Jika deskripsi di atas diamati dengan seksama,
maka masing-masing zaman memiliki makna tersendiri yang mewakili perkembangan
peradaban masyarakat manusia.Pada masa pertama, Satya Yuga, ada peradaban
mengenai tembikar, bahasa, ritual (yajña), dan sebagainya.Pada masa yang kedua,
Treta Yuga, manusia memiliki kebudayaan bertani, bercocok tanam dan
beternak.Pada masa yang ketiga, manusia memiliki peradaban untuk membuat
senjata karena bidang pertanian dan kemakmuran perlu dijaga. Yuga yang terakhir
merupakan puncak dari kekacauan, dan akhir dari peradaban manusia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar